Keliru: Imbauan dari BEM UI agar Terhindar dari Operasi Petrus

PESAN berantai yang diklaim berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) beredar di WhatsApp dan Facebook (akun satu [arsip] dan akun dua). Pesan itu berisi imbauan agar tidak keluar rumah dan mematikan lampu di malam hari setelah pukul 22.00 WIB.

Hal itu dilakukan supaya masyarakat tidak menjadi korban salah tembak. Sebab, dalam pesan itu disebutkan, mulai 1 September hingga 10 September sedang ada operasi oleh penembak misterius. 



Benarkah pesan berantai itu disebarkan oleh BEM UI?

Tempo memverifikasi pesan berantai itu dengan mewawancarai pengurus BEM UI dan memeriksa siaran pers mereka. Hasilnya, pesan tersebut bukan berasal dari BEM UI.

Saat ini BEM UI memang tengah terbelah dua akibat sengketa Pemilihan Raya 2024 dan dugaan intervensi rektorat. Ada BEM ‘Kuning’ dengan akun Instagram bemui_official dan BEM ‘Ungu’ yang mendapat SK rektorat dengan akun bemui25_official.

Tempo menghubungi dua perwakilan BEM tersebut. Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM ‘Kuning’, Bima Surya, menegaskan pesan itu bukan dari mereka. “Tidak, pesan tersebut bukan pesan dari BEM UI,” kata Bima, Selasa, 2 September 2025. Ia menambahkan, seluruh informasi resmi hanya melalui akun Instagram mereka.

Bima menambahkan, saat ini pihaknya berfokus untuk menganalisis perkembangan terbaru setelah rangkaian demonstrasi atas kebijakan DPR RI dan aksi brutal Polri. Mereka membuka peluang untuk kembali turun ke jalan, apabila tuntutan masyarakat sipil dan mahasiswa tidak terpenuhi. 

Hal senada disampaikan Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM ‘Ungu’ Salwa Idamatin. “Untuk berita itu tidak benar. Ini bukan dari BEM UI,” kata Salwa melalui pesan singkat.

Akun Instagram kedua kubu juga tidak mengunggah imbauan serupa. Gaya bahasa pesan berantai itu berbeda dari seruan resmi yang pernah mereka unggah. Sebelumnya, kedua kubu sempat mengajak aksi ‘Aparat Keparat’ pada 29 Agustus 2025 untuk memprotes kematian Affan Kurniawan, yang tewas dilindas rantis Brimob.  

Sejarah Operasi Petrus

Tempo mencatat, Operasi Petrus berlangsung pada 1980-an. Operasi ini melibatkan penembak misterius yang membunuh secara diam-diam. Jenazah korban biasanya dibuang di jalan atau disembunyikan, dengan uang Rp10 ribu untuk biaya pemakaman.

Tubuh korban umumnya memiliki tiga bekas tembakan, kadang disertai tanda cekikan. Targetnya disebut preman atau gabungan anak liar. Pemilik tato juga jadi sasaran, meski tak selalu preman.

David Bourchier dalam Crime, Law, and State Authority in Indonesia menyebut Petrus beroperasi atas perintah, di bawah koordinasi Pangkopkamtib, yang berada langsung di bawah komando kepala negara.

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa pesan berantai soal imbauan adanya operasi Petrus sampai tanggal 10 September 2025 yang diklaim dikeluarkan oleh BEM UI adalah keliru.

https://web.facebook.com/rizkaa.nita.35/posts/pfbid02msfSvAurNEDfNyHPr6aJK5sjWs12zYsUeEnEoZRhWeAUfZug9EvPJgRSSKQAY4ewl
https://perma.cc/VJ98-NEBX
https://web.facebook.com/reel/1002664415232173
https://www.instagram.com/bemui_official/
https://www.instagram.com/bemui25_official/
https://www.instagram.com/bemui_official/
https://www.tempo.co/hukum/kilas-balik-petrus-cara-orde-baru-berantas-premanisme-1414131

Publish date : 2025-09-02