Keliru: George Soros Biayai Media untuk Provokasi Demo Agustus 2025

SEJUMLAH konten menuding beberapa media, termasuk Tempo, memprovokasi demonstrasi akhir Agustus 2025 yang berujung ricuh. Tuduhan itu dibagikan akun satu dan akun dua di TikTok dan Twitter pada awal September 2025.

Konten tersebut mengaitkan pemberitaan media Rusia Sputnik tentang dugaan keterlibatan miliarder George Soros dalam aksi demonstrasi di Indonesia. Soros disebut mendanai Tempo dan sejumlah media lain hingga menyebabkan kerusuhan. Konten serupa di Tiktok [arsip], Facebook, dan Instagram juga pernah menuding ada 27 media lokal yang didanai Soros. Konten yang tayang Maret 2025 itu kembali beredar saat demonstrasi berlangsung.



Benarkah Tempo dan beberapa media ikut menggerakkan demonstrasi akhir Agustus 2025?

Tempo memverifikasi konten itu dengan mewawancarai pakar dan menelusuri artikel dari situs kredibel. Hasilnya, demonstrasi akhir Agustus 2025 dipicu tekanan ekonomi masyarakat, bukan provokasi media independen.

Klaim 1: Penyebab Demonstrasi Akhir Agustus 2025

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai gelombang demonstrasi akhir Agustus berakar pada kesenjangan ekonomi dan sosial. Jurang lebar terlihat antara pendapatan anggota DPR dan upah pekerja.

DPR RI menerima gaji dan tunjangan sekitar Rp 65,6 juta per bulan. Jika dibandingkan, seorang pekerja dengan UMP rata-rata Rp3,31 juta per bulan butuh hampir 99 tahun untuk menyamai pendapatan satu periode DPR.

Selain kesenjangan pendapatan, kenaikan Pajak Bumi Bangunan (PBB) hingga ratusan bahkan ribuan persen di sejumlah daerah semakin membebani warga, apalagi di tengah badai PHK dan daya beli yang lemah.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menegaskan penyebab utama aksi massa adalah kesejahteraan rakyat yang kian terpinggirkan. “Ini bukan intervensi asing, tetapi masalah perut,” kata Esther, dikutip dari Kontan, Ahad, 14 September 2025.

Lembaga survei Median juga mencatat 30,2 persen publik menilai pemicu demo akhir Agustus adalah kenaikan tunjangan anggota DPR. Faktor lain yang disebut responden antara lain perilaku arogan DPR (9,8 persen), sikap tidak peduli rakyat (8,1 persen), kebijakan yang memberatkan ekonomi (6,8 persen), kesulitan ekonomi (6,5 persen), hingga kesenjangan ekonomi (4,2 persen).

Survei Median melibatkan 643 responden pada 8-13 September 2025 dengan metode kuesioner Google Form yang disebar di media sosial Meta.

“Melihat jawaban responden, bisa disimpulkan ada dua penyebab utama maraknya aksi unjuk rasa, yaitu kebijakan dan perilaku DPR yang tidak simpatik serta kesulitan ekonomi,” ujar Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, dikutip dari Kumparan, 22 September 2025.

Klaim 2: Penyebab Kerusuhan 

Demonstrasi akhir Agustus 2025 diwarnai kerusuhan berupa pembakaran fasilitas publik, gedung DPRD, hingga penjarahan rumah beberapa anggota DPR RI dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

BBC melaporkan, peneliti politik dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, mengatakan pola kerusuhan dan penjarahan bukan hal baru dalam demonstrasi besar di Indonesia. Pada Mei 1998, kerusuhan muncul setelah kelompok tak dikenal bergerak di luar tuntutan masyarakat. 

“Tujuannya bisa macam-macam. Bisa untuk menciptakan alasan intervensi, mendiskreditkan gerakan sipil, atau membuka ruang bagi aktor yang selama ini berada di pinggir kekuasaan,” ujar Virdika.

Namun berbeda dengan 1998, kerusuhan akhir Agustus 2025 diduga bertujuan menggeser narasi. “Supaya tuntutan rakyat tenggelam di tengah asap dan pecahan kaca. Supaya negara punya alasan bertindak lebih keras. Supaya ruang sipil bisa dibekukan atas nama ketertiban,” kata Virdika.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhamad Isnur juga menduga ada kelompok provokator yang menyusup dalam demonstrasi. Mereka berbeda dari massa aksi yang turun menyampaikan aspirasi. Provokator itu, kata Isnur, bergerak lebih sistematis dan terorganisir.

Laporan Tempo edisi 7 September 2025 mengungkap dugaan keterlibatan sejumlah tentara dalam pengerahan massa yang berujung kerusuhan. Polisi bahkan menangkap beberapa tentara di berbagai lokasi unjuk rasa. Salah satunya pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025, ketika seorang pria berjaket dan bercelana hitam mencoba membakar stasiun pengisian bahan bakar khusus personel Markas Besar Polri. Videonya menyebar di media sosial.

Namun Kepala Pusat Penerangan TNI Brigadir TNI (Marinir) Freddy Ardianzah membantah kabar bahwa Bais dan personel lain ditangkap. Ia juga membantah ada tentara yang terlibat dalam demonstrasi atau provokasi. “Itu tidak benar,” kata Freddy dalam konferensi pers, Jumat 5 September 2025.

Klaim 3: Media-media dibiayai Soros untuk memprovokasi demonstrasi

Narasi dugaan keterlibatan George Soros di balik demonstrasi akhir Agustus 2025 bermula dari media Rusia Sputnik. Pada 31 Agustus, mereka menurunkan artikel berjudul Soros, NED Could Be Behind Indonesian Protests. Menurut penilaian Media Bias Fact Check, kredibilitas Sputnik patut diragukan karena kerap mempromosikan teori konspirasi dan propaganda pro-Rusia dengan mengutip sumber tak kredibel.

Direktur Kelompok Kerja Anti-Disinformasi di Indonesia, Damar Juniarto, menjelaskan retorika tentang kepentingan asing yang menunggangi media independen adalah serangan terhadap kredibilitas pers. Retorika ini mengabaikan fakta bahwa media independen bekerja dengan kode etik jurnalistik dan disiplin verifikasi yang ketat. “Ada pihak-pihak yang sibuk mendistorsi informasi,” kata Damar dalam siaran pers, 7 September 2025.

Serangan disinformasi semacam itu kerap muncul setiap kali publik turun ke jalan. Pada Maret lalu, saat revisi UU TNI menuai kritik, Tempo juga dituduh sebagai ‘antek asing’ yang dibiayai Soros melalui Media Development Investment Fund (MDIF).

MDIF adalah lembaga nonprofit yang terdaftar di New York. Awalnya bernama Media Development Loan Fund (MDLF), lembaga ini berdiri pada 1995 atas prakarsa jurnalis Serbia Sasa Vucinic—pendiri Radio B92 di masa Perang Yugoslavia—dan koresponden Amerika Serikat Stuart Auerbach. Tujuannya menyediakan pembiayaan murah bagi media independen, baik dalam bentuk utang, ekuitas, maupun ekuitas semu.

Soros memang menjadi investor pertama MDIF pada 1995. Namun lembaga ini telah jauh berkembang. Situs resmi MDIF mencatat mereka menerima pendanaan dari 70 entitas di berbagai negara, di antaranya Arjuna Capital, Allianz Foundation, Association of Alternative Newsmedia, Mediahuis, dan Oak Foundation. Hingga 2025, MDIF berinvestasi di 157 media independen di 50 negara, termasuk empat media Indonesia: Tempo, Kata Data, HukumOnline.com, dan Suara.com. Laporan tahunan aktivitas mereka tersedia terbuka di situs resmi MDIF. Tidak ada bukti Soros membiayai 27 media lokal sebagaimana dituduhkan.

Pilihan Editor: Fakta-fakta Investasi MDIF ke Tempo

Tempo sendiri menerima pendanaan MDIF dalam bentuk surat utang yang dapat dikonversi atau convertible performance debenture. Fakta ini diumumkan terbuka melalui artikel Tempo.

Pakar media dan komunikasi Universitas Airlangga, Prof. Rachmah Ida, menegaskan mekanisme surat utang konversi tidak sama dengan donor. “Bentuknya seperti utang untuk penyertaan modal supaya media itu tidak hancur,” ujarnya.

Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa media-media di Indonesia, termasuk Tempo dibiayai oleh George Soros untuk memprovokasi demonstrasi akhir Agustus adalah keliru.

https://www.tiktok.com/@nusantara_bersatu1/video/7552030150456593685
https://www.tiktok.com/@kumpulan979/video/7545415708797046024
https://x.com/BrianJBerletic/status/1963928658978234454
https://www.tiktok.com/@menanguntukrakyat/video/7487224769838927111?_r=1&_t=ZS-8zdr3JKTzWf
https://perma.cc/FYS6-YQDC
https://www.facebook.com/watch/?v=1181201192942214
https://www.instagram.com/reel/DHzGlakzY3V/
https://nasional.kontan.co.id/news/indef-ungkap-penyebab-demo-akhir-agustus-2025-kesenjangan-pajak-hingga-phk
https://kumparan.com/kumparannews/survei-median-publik-melihat-penyebab-demo-rusuh-adalah-kenaikan-tunjangan-dpr-25uF4EqZHOQ/3
https://www.bbc.com/indonesia/articles/czxp99z02gdo
https://www.tempo.co/politik/perusuh-demonstrasi-pembubaran-dpr-2067321
https://sputnikglobe.com/20250831/soros-ned-could-be-behind-indonesian-protests-1122696453.html
https://mediabiasfactcheck.com/sputnik-news/
https://www.mdif.org/about/funders-and-impact-investors/
https://www.mdif.org/impact/annual-reports/
https://www.tempo.co/politik/fakta-fakta-investasi-mdif-ke-tempo-1214498
https://www.tempo.co/ekonomi/terima-pendanaan-dari-media-development-investment-fund-inc-tempo-media-group-kembangkan-layanan-digital-39258

Publish date : 2025-09-24